~~~ Yuhuu.. saatnya flash back ~~~
Baru berani menulis kisah ini setelah merasa yakin kalau InsyaAllah akulah tulang rusuknya.
Antara percaya ga percaya dengan istilah 'antara tulang rusuk dan pemiliknya tidak akan tertukar'. Ngomong - ngomong, itu pepatah bukan siy? Kurang tau, tapi sering denger.
Tapi setelah mengalami sendiri baru agak paham kenapa jodoh masuk dalam rahasia Allah selain hidup, maut, dan lainnya. Perasaan hati, memang mutlak hanya Allah yang dapat membolak-baliknya sob. Termasuk perasaan hatiku pada dia, calon suamiku :).
Belum pernah terlintas dalam 27 tahun perjalanan hidupku, termasuk beberapa tahun ikhtiar pencarian dan penantian pasangan jiwaku, kalau hati ini akhirnya menetapkan pilihan pada dia. Dan bersyukur, Allah membukakan jalanNya, menunjukkan bahwa Dialah yang kuasa menciptakan rasa dan memberi jalan pada sepasang jiwa yang tercipta seirama untuk saling bertemu.
And here it is.. a little piece of the journey
April 05, 2012, 16:07:19
Tapi ya dasarnya belum waktunya kali, saat ada telfon masuk, ada aja halangan. Kadang ga denger, kadang lagi dijalan. Sampai akhirnya dia kirim pesan, singkat, padat, dan biasaaa banget hehe..
Dan begitulah, singkat cerita akhirnya dimulailah proses pengenalan. Berhubung sama - sama perantau, beda pulau pula, prosesnya hanya bisa via sms, fa**book, seringnya via telfon (dia kurang suka chit chat. Cape ngetik katanya hihi).
"Assalamu'alaikum, ni no farida ya?"Bukan kali pertama terima pesan singkat semacam itu. Kalimat tanya pembuka yang lazim digunakan kalau ada seseorang yang mengajak kenalan. Tapi kali ini, saya langsung tanggap siapa pengirimnya. Secara sehari sebelumnya, adik ipar dia, yang tidak lain adalah anak dari teman ibuku, seseorang yang berinisiatif mengenalkan saya dengan dia (hosh.. silsilahnya panjang euy), lebih dulu kirim pesan kalau kakaknya akan menelfon.
Tapi ya dasarnya belum waktunya kali, saat ada telfon masuk, ada aja halangan. Kadang ga denger, kadang lagi dijalan. Sampai akhirnya dia kirim pesan, singkat, padat, dan biasaaa banget hehe..
Dan begitulah, singkat cerita akhirnya dimulailah proses pengenalan. Berhubung sama - sama perantau, beda pulau pula, prosesnya hanya bisa via sms, fa**book, seringnya via telfon (dia kurang suka chit chat. Cape ngetik katanya hihi).
August 20, 2012; my house in early
morning
Hari ke-2 lebaran. Kali pertama ketemu nih. Deuh, kirain ga bakal deg-degan kaya gini.
Tapi jantung ini ga bisa diajak kompromi. Berdegup dengan nakalnya. Dan seperti bukan aku, rasanya kok malu, speechless, mati gaya. Beberapa bulan kemudian dia bilang, saat itu saya lebh sering nunduk, sebentar-bentar lihat, nunduk lagi. Haha, begitukah??
Untungnya ternyata mas ipar adalah teman masa kecilnya. Lumayanlah bisa nyairin suasana.
Ya, dia saya kenalkan dengan keluarga besar yang saat itu sedang berkumpul. Abah, mbak, mas ipar, keponakan. Kecuali ibu, ibu kebetulan sedang keluar.
Hari ke-2 lebaran. Kali pertama ketemu nih. Deuh, kirain ga bakal deg-degan kaya gini.
Tapi jantung ini ga bisa diajak kompromi. Berdegup dengan nakalnya. Dan seperti bukan aku, rasanya kok malu, speechless, mati gaya. Beberapa bulan kemudian dia bilang, saat itu saya lebh sering nunduk, sebentar-bentar lihat, nunduk lagi. Haha, begitukah??
Untungnya ternyata mas ipar adalah teman masa kecilnya. Lumayanlah bisa nyairin suasana.
Ya, dia saya kenalkan dengan keluarga besar yang saat itu sedang berkumpul. Abah, mbak, mas ipar, keponakan. Kecuali ibu, ibu kebetulan sedang keluar.
August 22, 2012; siang hari
August 23, 2012; pagi menjelang
siang
Silaturahmi dengan keluarga besar si Mas. Kenalan sama keluarga besar, bapak, ibu, mbak, adik, mas ipar, keponakan, mbah, budhe, bulik, hampir semua anggota keluarga kayaknya.
Silaturahmi dengan keluarga besar si Mas. Kenalan sama keluarga besar, bapak, ibu, mbak, adik, mas ipar, keponakan, mbah, budhe, bulik, hampir semua anggota keluarga kayaknya.
August 24, 2012; malam
Bukan tanpa alasan saya bersikap begini. Tapi dalam kurun waktu yang relatif singkat, hanya seminggu liburan, banyak kejadian yang akhirnya membuat saya merasa ragu. Mungkin juga ini petunjuk dariNya. Tapi ga bisa diceritakan disini ya... a little bit secret hehe.
Dan begitulah akhirnya. Saya kembali ke Purwakarta. Dan seperti biasanya Mas masih sering menelfon, baik dia masih di rumah maupun dia udah berangkat ke Kalimantan. Kami masih terus berkomunikasi. Ga tau hubungan semacam apa ini. Yang jelas dia berani menyatakan dateline bulan pernikahan. Hoho, tunggu dulu.. taklukan dulu hatiku haha..
Tapi jodoh tidak akan kemana. Allah yang menentukan jalannya asal tetap ikhtiar dan berdo'a. Dan hati saya pun mantap tanpa ragu menentukan pilihannya :). Proses ke arah serius pun dimulai. Di awali dari Mas ngutus orang yang dia percaya (dalam hal ini Bapaknya Mas dan adik iparnya) ke rumah orang tuaku, menanyakan kemungkinan kalau anaknya bisa dilamar, sampai beberapa bulan kemudian acara lamaran dan penentuan hari baik, hingga keluargaku yang gantian berkunjung ke rumah keluarga si Mas untuk pemantapan tanggal. Oh iya, untuk semua proses itu, baik saya maupun Mas ga ada yang hadir. Hanya antar orang tua saja. Komunikasi dilakukan via telfon, antara saya dengan orang tua saya, Mas dengan orang tuanya, dan antara saya dengan Mas. Kalau anak - anaknya tetap di perantauan masing - masing, kerja dan kerja hehe..
0 komentar:
Posting Komentar
Lagi coba tulis sinopsis jumong sendiri. Udah baca mpe episod 57 di Tirza. Ga sabar nunggu kelanjutannya.